Sabtu, 14 Juli 2012

MENJADI LEBIH KREATIF

Diposting oleh Sabrina di 00.06

MENJADI LEBIH KREATIF
MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN

Kelebihan manusia dibanding dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya terletak pada kemampuan otaknya untuk berpikir. Otak diyakini sebagai alat bagi manusia untuk menjalani kehidupan lebih baik.
A.   BERPIKIR
Berpikir menurut Morgan, King dan Robinson :
“Thinking is defined as mental or cognitive, rearrangement, or manipulation, or information from the environment and symbolsstored in long term memory” “Thinking is also described as a process which mediates between stimuli and responses” 
Berpikir adalah memanipulasi data, fakta dan informasi untuk membuat keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dari lamunan biasa, selanjutnya pemecahan masalah yang kreatif. Aktivitas mental dalam perasaan dan pemahaman bergantung pada peransangan dari luar dalam proses yang disebut sensasi dan atensi. Proses mental yang lebih tinggi yang disebut berpikir terjadi di dalam otak. Mengingat kembali mengundang pengalaman terdahulu ke alam pikiran dan mulai membentuk rantai asosiasi. Rantai asosiasi tidak merujuk pada apa yang secara nyata kita lihat tetapi sebagai khayalan-khayalan mental.
Fungsi mental pemahaman, ingatan dan berpikir saling teradin dan berhubungan karena manusia memahami, mengingat dan berpikir dalam waktu yang bersamaan. Makin banyak informasi, data, fakta disampaikan sebagai pesan oleh sel-sel saraf, merangsang banyak sel otak pada banyak bagian bekerja sehingga dihasilkan pemikiran yang kompleks tentang sesuatu hal.

B.   TINGKAT BERPIKIR KREATIF
Terdapat tiga tingkat berpikir kreatif. Semiawan (1990) mengemukakan tiga tingkat kreativitas yang masing-masing tingkat mempunyai ciri kognitif dan afektif. Tingkatan kreatif meliputi:
1.    Tingkat I: Fungsi Divergen
Tingkat ini merupakan awal proses kreatif. Anak yang melakukan latihan pada tingkat ini akan mengembangkan kemampuan divergen, yaitu keterbukaan terhadap berbagai kemungkinan. Secara kognitif anak mengembangkan fungsi-fungsi divergen meliputi perkembangan dari kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration) dalam berpikir.
Sternberg & Lubart (1991)  menunjukkan bahwa  pengukuran kemampuan siswa dengan tes standar (pencil and paper tes) hanya dapat mengungkap kemampuan siswa menghasilkan satu jawaban yang benar, namun gagal dalam mengukur kreativitas dan berpikir divergen. Berpikir divergen merupakan kemampuan untuk mengkosntruksi atau menghasilkan berbagai respon yang mungkin, ide-ide, opsi-opsi atau alternatif alternatif untuk suatu permasalahan (Isaksen, Dorval, & Treffinger, 1994). Karakteristik berpikir divergen ditunjukkan oleh:
o   adanya proses interpretasi dan evaluasi terhadap ide-ide.
o   proses motivasi  untk memikirkan bebagai kemungkinan ide yang masuk akal
o   pencarian tehadap kemungkinan-kemungkinan yang tak biasanya (non rutin) dalam mengkonstruksi ide-ide.
Berpikir divergen adalah sebuah pendekatan untuk situasi atau konsep yang berfokus pada eksplorasi karena banyak aspek konsep mungkin. Dimulai dengan satu ide, pemikir divergen memungkinkan pikirannya mengembara ke arah yang berbeda, mengumpulkan pengalaman banyak dan ide-ide yang berhubungan dengan konsep. Berpikir divergen dapat digunakan sebagai metode kreatif curah pendapat dalam berbagai macam pengaturan, mulai dari departemen penelitian dan pengembangan sebuah perusahaan besar suatu untuk kelas.  
Selanjutnya Semiawan menjelaskan, bahwa tingkat pertama yang disebut tingkat kreatif meliputi kesediaan untuk menjawab, keterbukaan terhadap pengalaman, kesediaan menerima kesamaran atau kedwiartian (ambiguity), kepekaan terhadap masalah dan tantangan, rasa ingin tahu, keberanian mengambil risiko, kesadaran, dan kepercayaan kepada diri sendiri. Tingkat ini merupakan landasan atau dasar di mana belajar kreatif berkembang. Dengan demikian, tahap ini mencakup sejumlah metode dan teknik yang dapat dipandang sebagai dasar dari belajar kreatif.
Pengawas dapat mendorong diri sendiri dan orang lain untuk terbuka terhadap hal-hal baru, mengembangkan kepekaan terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi orang lain dalam sitasi yang dihadapi karena latar belakang dirinya, serta keberanian untuk menanggung resiko kemungkinan apa yang dikerjakan salah atau gagal. Menanamkan pikiran pada diri sendiri maupun orang lain bahwa kesuksesan adalah kemauan untuk bangkit dari kegagalan. Kesuksesan adalah 9 kali gagal dengan 10 kali bangkit .
2.    Tingkat II: Proses pemikiran dan perasaan yang majemuk
Pada tingkat ini terjadi peningkatan kemampuan kreatif serta ciri afektif dan kognitif anak lebih diperluas dan diterapkan. Segi pengenalan dari tingkat II ini meliputi penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian (evaluasi). Di samping itu, termasuk juga transformasi dari beraneka produk dan isi, keterampilan metodologis atau penelitian, dan pemikiran yang melibatkan analogi dan kiasan (metaphor).
Segi afektif pada tingkat ini mencakup keterbukaan terhadap perasaan-perasaan dan konflik yang majemuk, mengarahkan perhatian kepada masalah, penggunaan khayalan dan tamsil, meditasi dan kesantaian (relaxation), serta pengembangan "keselamatan" psikologis dalam berkreasi atau mencipta. Terdapat penekanan yang nyata pada pengembangan kesadaran yang meningkat, keterbukaan fungsi-fungsi pra-sadar, dan kesempatan-kesempatan untuk pertumbuhan pribadi.
Pengawas mendorong diri dan tenaga pendidik dan kependidikan untuk menjadi individu yang siap menerima kritik sebagai bagian dari pandangan yang berbada atau pandangan dari sudut pandang lain terhadap suatu objek atau permasalahan yang dihadapi. Pada suatu kritik selalu terdapat dimensi yang luput dari perhatian awal. Kritik yang disertai kondisi emosional sekalipun mengandung unsur yang tidak menjadi perhatian penggagas ide karena kekurang pekaan terhadap permasalahan yang mungkin dihadapi oleh orang lain terhadap suatu keadaan.
3.    Tingkat III: Keterlibatan dalam tantangan-tantangan yang nyata
Proses kreatif pada tingkat pertama dan kedua merupakan dasar bagi keterlibatan afektif dan kreatif terhadap permasalahan dan tantangan yang nyata. Anak mengalami keterlibatan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mandiri dan yang diarahkannya sendiri. Siswa belajar kreatif mengarah pada identifikasi tantangan-tantangan atau masalah-masalah yang berarti, pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah-masalah itu, dan pengelolaan sumber-sumber yang mengarah pada perkembangan hasil atau produk (Semiawan, 1990).
Pada tingkat III mencakup internalisasi nilai-nilai dan sistem nilai (Kratwohl dkk., 1964), keterikatan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang produktif, dan upaya untuk mencari pengungkapan (aktualisasi) diri dalam hidup (Maslow, 1968).
Pengawas mendorong diri dan pendidik di lingkungan binaan untuk mengajukan berbagai pertanyaan yang berkenaan dengan objek yang mungkin secara nyata dan mungkin dalam imajinasi dan menjadikan pertayaan-pertanyaan tersebut sebagai stimulasi tantangan untuk menyelesaikan permasalahan. Memikirkan berbagai sumber daya dalam diri dan lingkungan yang dapat dimanfaatkan atau terkait dengan permasalahan sehingga berkontribusi menghasilkan solusi yang efektif. Jangan pernah takut untuk mencoba hal baru, berpikir positif apa manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh, lakukan dengan senang sebagai pengalaman pembelajaran maka kita menemukan dunia yang terbuka lebar dengan berbagai kemungkinan.
C.   LANGKAH-LANGKAH BERPIKIR KREATIF
Langkah-langkah berpikir kreatif dapat diidentifikasi dalam lima langkah yaitu :  mempergunakan bahasa mental otak, meningkatkan daya ingat, menguasai teknik mengingat, membuat peta pikiran serta memahami karakteristik kuadran berpikir dan mempergunakan untuk menyelesaikan masalah
1.    Mempergunakan Bahasa Mental Otak
Berpikir kreatif dimulai dengan mempergunakan bahasa mental otak yaitu verbal, matematik, visual dan berpikir sensory.
ü Bahasa verbal adalah membayangkan skenario suatu peristiwa atau merunut hal yang terjadi dalam suatu peristiwa atau kejadian. Misalnya anak kesiangan dan takut untuk masuk kelas, bayangkan hal yang mungkin menyebabkan anak kesiangan, kecemasan yang ada pada pikiran anak, dan reaksi guru dan teman-teman pada saat anak mengetuk pintu.
ü Bahasa matematika adalah perkiraan yang berhubungan dengan ukuran, antara lain : besaran, jumlah, bobot, isi, waktu, dan jarak. Contoh : kelas ukuran 8 x 9 m dapat terisi dengan berapa bangku dan kursi agar tetap ada jarak antar bangku sehingga mampu menampung berapa jumlah siswa agar dapat belajar dengan nyaman.
ü Bahasa Visual adalah menampilkan beragam informasi dalam satu bagan atau gambar. Contoh foto kegiatan sekolah memberikan informasi kondisi sekolah berhubungan dengan tata letak, bentuk bangunan, keterkaitan dengan lingkungan, dan aktivitas yang terjadi di sekolah.
ü Berpikir sensory adalah memberikan perhatian terhadap berbagai hal yang menstimulasi alat indra. Tingkat perhatian menghasilkan informasi, data dan fakta yang akan di manipulasi oleh otak sebagai proses berpikir. Contoh jika melewati wc sekolah tercium bau tidak nyaman coba recek kondisi bak air dan air di wc tersebut. Jika bak air kecil dan air tidak mengalir pada waktu keran di buka artinya bukan hanya siswa yang mungkin tidak tahu aturan kebersihan tapi sarana yang ada tidak mendukung.
Penggunaan bahasa mental lebih dari satu menstimulasi kapasitas otak untuk memanipulasi berbagai informasi, data dan fakta lama yang tersimpan dalam memori maupun informasi, data dan fakta baru yang dihasilkan dari proses atensi dan sensasi. Pesan yang diterima otak menjadi lengkap dan komprehensif sehingga kemungkinan alternatif solusi menjadi lebih banyak dan lebih mendasar. Paling tidak minimal ada 4 kemungkinan berdasarkan analisa bahasa mental yang digunakan, ada 16 kemungkinan yang realistik dan secara optimal ada 256 kemungkinan yang dapat dipilih untuk diseleksi dan dianalisa ketepatan penggunaan berdasarkan kebutuhan yang ditetapkan oleh individu.
Pada saat dihadapkan pada suatu persoalan seorang pengawas paling tidak harus mencari tahu dan mempertimbangkan urutan peristiwa dan hubungan antar peristiwa. Melengkapi informasi dengan data-data baik secara kuantitas dan kualitas. Memberikan perhatian terhadap berbagai hal yang secara nyata terjadi. Akhirnya semua informasi yang diterima diformulasikan/ ditampilkan dalam suatu peta masalah atau pikiran sehingga nampak jelas koneksitas, kebutuhan dan kemungkinan solusi.
2.    Meningkatkan ingatan (daya ingat/ memori)
Langkah kedua berpikir kreatif adalah meningkatkan ingatan dengan cara:
·       mempraktikkan, mempraktikkan apa yang dipelajari. Contoh untuk mengingat fungsi-fungsi menu pada komputer harus mempraktekkan penggunaannya. Mempraktikkan pengetahuan tentang kepengawasan dalam bentuk tindakan nyata.
·       mengulang, mengulang hal-hal yang sudah dipelajari. Contoh membaca kembali berbagai teori manajemen pendidikan, pedoman kepengawasan, berbagai pedoman pendidikan yang dikeluarkan secar resmi oleh Depdiknas.
·       memberikan perhatian, memberikan tanda, menuliskan pada buku catatan harian apa-apa yang harus dikerjakan. Contoh memberi stabilo dengan warna yang berbeda untuk kegiatan yang berbeda. Memberikan perhatian terhadap pembicaraan kepala sekolah maupun pendidik lain pada saat melakukan pembinaan dan pengawasan di sekolah. Mencatat hal-hal penting yang memerlukan respon baik secara umum maupun khusus sehingga perlu diskusi dan rancangan aktivitas yang spesifik.
·       mengobservasi, memberikan perhatian lebih detail pada setiap aspek yang berhubungan fokus perhatian. Contoh : memperhatikan selama beberapa hari pada beberapa sekolah kecenderungan siswa kesiangan. Melakukan studi kasus secara longitudinal kecenderungan kebiasaan belajar peserta didik pada skeolah-sekolah binaan. Mengobservasi secara langsung proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas sehingga memperoleh umpan balik kompetensi keterampilan mengajar guru sehingga dapat dirumuskan rekomendasi pelatihan guru yang lebih efektif.
·       sikap dan gaya hidup, mengembangkan perhatian, peka dan empati terhadap berbagai persoalan kehidupan disekitar. Contoh memberikan perhatian terhadap data kondisi ekonomi siswa sehingga mampu berempati terhadap siswa-siswa yang merasa kesulitan untuk membayar uang sekolah. Memahami situasi dan budaya sekolah sehingga tidak berpenampilan berlebihan pada saat melakukan pembinaan dan pengawasan ke sekolah apalagi jika sekolah-sekolah yang dikunjungi adalah sekolah rintisan.
·       Pengawas juga harus peka terhadap berbagai persoalan-persolan pribadi yang mungkin dihadapi guru. Tidak dalam arti mencampuri urusan pribadi guru tetapi menjadi catatan pembinaan sehingga guru-guru merasa memperoleh perhatian.
·       bantuan terhadap ingatan, hal yang sangat spesifik yang menjadi ciri. Contoh mengingat ciri khas kegiatan di satu sekolah untuk mengingat keunggulan sekolah yang dibina. Mengingat ciri khas pendidik di sekolah di lingkungan dimana kita melakukan pengawasan dan pembinaan. Setiap orang akan merasa senang kalau disapa dan diingat, apalagi oleh seseorang yang dianggap dihormati. Berusahalah untuk mengenal semua pendidik maupun tenaga kependidikan yang ada di sekolah binaan.
·       memvisualisasikan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Membuat jadwal kegiatan yang harus dilakukan. Contoh membuat jadwal melakukan pembinaan ke sekolah. Menempelkan atau menuliskan catatan tugas yang harus dikerjakan. Membuat peta pikiran berbagai persoalan yang harus diselesaikan di sekolah.
Pengawas tidak boleh lamban berpikir karena ada banyak persoalan yang harus segera diselesaikan. Pengawas harus memotivasi diri untuk meningkatkan kemampuan mengingat. Memberi perhatian dan berkonsentrasi pada saat berinteraksi merupakan hal mutlak yang harus dikuasai. Pengawas harus belajar melihat dengan fokus, mendengarkan, mencatat apa-apa yang penting serta melakukan berbagai cara agar tidak lupa. Seorang ahli psikologi pendidikan menyatakan pengetahuan adalah semua informasi yang kita terima dikuragi dengan lupa. Implikasinya jika kita ingin memiliki pengetahuan yang luas dan dikuasai kita harus meminimalkan kondisi lupa. Lupa lebih banyak bersifat psikologis karena tidak memperhatikan, menerima informasi tergesa-gesa, mendadak, tidak sering mempelajari, memiliki persepsi yang tidak positif baik terhadap konten informasi maupun orang yang menyampaikan informasi. Lupa yang bersifat permanen terjadi karena cedera otak, proses penuaan dan penyakit yang berhubungan dengan syaraf.
3.    Teknik Mengingat
Langkah ketiga berpikir kreatif adalah menguasai berbagai teknik mengingat. Teknik mengingat antara lain : asosiasi, subsitusi, hubungan antar peristiwa, phonetik alfabet (jembatan keledai), menetapkan ingatan (memory pegs).
·       Teknik asosiasi, mengasosiasi sesuatu terhadap suatu benda atau peristiwa. Contoh: zebra adalah kuda belang-belang, baju bermotif belang-belang, dan mobil. Menyimpan buku yang harus dibawa ke sekolah yang di kunjungi di meja tamu pada malam hari untuk mengingatkan keesokan harinya harus berangkat ke sekolah binaan. Pengawas dapat menetapkan ciri khas dari satu sekolah dan selanjutnya dijadikan asosiasi tentang sekolah tersebut.
·       Subsitusi, mensubsitusi kata pada hal yang ingin diingat. Contoh teknik menghafal nama :
o   dengarkan dan pahami nama, jika menyulitkan mintalah untuk mengulang secara perlahan
o   ulangi nama tersebut pelan-pelan dan beri penekanan khusus pada sesuatu yang menarik dari nama tersebut. Contoh Yusi (you see)
o   perhatikan wajahnya hal apa yang menarik dan mudah diingat. Contoh berkerudung
o   hubungkan gambaran hal menarik dengan subsitusi. Contoh yoo see berkerudung
·       Hubungan antar peristiwa. Contoh : Standar isi - kompetensi, Ujian Nasional - 5.0, Gerak jatuh bebas - orang terpeleset, SMUNLUCI - diskotik (SMUN 3 CIMAHI - disisi kota saeutik/di pinggir kota)
·       Phonetic Alphabet (lebih sering disebut jembatan keledei). Contoh: spectrum warna "mejikuhibingiu" merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Atau memberi bunyi pada angka hingga mudah menghafalkan nomor contoh 1 = T, D, 2 = N. 3 = M, 4 = R. 5 = L, nomor 55421 l = LLRDTT dibaca lilarudet
·        Menetapkan ingatan (memory pegs). Mengingat sesuatu yang akan dihafal pada benda-benda di sekeliling. Contoh menghafal nama-nama guru pada sekolah binaan dengan mengingat benda di sekeliling sekolah
Pengawas perlu menguasai teknik-teknik mengingat karena ada banyak informasi yang harus diingat. Penting bagi pengawas untuk mengingat isi pedoman-pedoman yang terkai dengan pendidikan karena diperlukan dalam pembinaan dan pengawasan. Pengawas harus mengingat pendidik tenaga kependidikan yang ada di sekolah, pengawas juga harus mengingat berbagai kebijakan khusus pendidikan di tingkat propinsi atau kota kabupaten. Apalagi jika pembinaan danpengawasan terkait degan bidang studi penguasaan terhadap kontent materi sagat penting sehingga tidak terjadi kesalahan konseptual secara sistematis dari pengawas ke guru dan kemudia dari guru ke siswa. Betapa sangat besar permasalahan yang akan timbul kalau seorang pengawas tidak dapat mengingat dengan benar.
4.    Membuat Peta Pikiran
Langkah keempat berpikir kreatif adalah membuat peta berpikir. Langkah membuat peta berpikir sebagai beikut :
·       tetapkan topik/ tema utama
·       pikirkan faktor, ide, konsep, komponen utama yang berhubungan langsung dengan topik atau tema. Gunakan kata-kata kunci untuk setiap konsep
·       konsentrasi untuk mengembangkan ide dengan menghubungan setiap faktor, ide, konsep atau komponen dengan menggunakan pendekatan kekepan (kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan)
·       organisasikan mana yang menjadi prioritas dengan memberi warna, catatan atau tanda-tanda lain yang dapat menarik perhatian
·       anda siap menuliskan atau memaparkan pada orang lain
 Peta pikiran membantu pengawas melihat persoalan secara komprehensif kontekstual. Artinya setiap hal yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan diidentifikasi, diberi perhatian khusus pada faktor-faktor yang penting dan akan sangat mengganggu bilamana tidak diperhatikan atau diantisipasi. Kemampuan membuat peta pikiran menunjukkan kecerdasan pengawas dalam menyikapi persoalan dan merancang solusi yang paling memungkinkan dilakukan.
5.    Kuadran Berpikir dan Penyelesaian Masalah
Langkah kelima berpikir kreatif adalah memahami karakteristik kuadran berpikir dan mempergunakan untuk menyelesaikan masalah. Kuadran berpikir terbagi dalam empat kuadran yaitu :
·         kuandran A berpikir analitik, berpikir mempergunakan data, fakta dan logika. Belajar secara ekternal, menjadi detektif dan melakukan eksplorasi untuk mendefinisikan permasalahan yang dihadapi. Contoh : mengumpulkan data, fakta dan informasi yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan proses seleksi siswa.
·         kuadran B berpikir sekuensial, berpikir secara terstruktur, memperhatikan detail, disiplin dan perancanaan yang matang. Mengembangkan kebiasaan belajar dan bekerja secara teratur dan efektif sehingga mampu merancang implementasi solusi secara matang. Contoh : memfasilitasi penyusunan rancangan aktivitas pembelajaran selama 1 ( satu) tahun ajaran sesuai kalender akadmik dan tuntutan standar isi.
·         Kuadran C berpikir interpersonal, berpikir dengan memperhatikan nilai, simbol, komunikasi dan perasaan. Belajar secara interaktif dari pengalaman, umpan balik, diskusi maupun sistem nilai sehingga dapat memberikan penilaian solusi yang paling mungkin dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Contoh : menginisiasi pengembangan program sukses ujian nasional dengan memperkuat rasa percaya diri siswa, guru dan pimpinan sekolah.
·         Kuadran D berpikir imaginatif, berpikir internal mengembangkan pemahaman dan visualisasi dengan menetapkan visi, konteks, harapan masa depan dan inovasi. Memformulasikan ide umum dan mengevaluasi ide-ide kreatif yang diprediksi mungkin dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Contoh : ketertarikan siswa tingkat menengah pada bahasa asing dikembangkan dalam bentuk memfasilitasi area berbahasa asing.
Walaupun individu akan menunjukkan kuadran dominan dalam karakteristik berpikir tetapi kuadran lain dapat dioptimalkan sehingga berkontribusi terhadap penyelesaian masalah secara kreatif. Individu menjadi tidak mampu berpikir kreatif karena mengalami hambatan mental. Hambatan mental meliputi asumsi yang salah tentang diri, kebiasaan dan sikap. Hambatan mental tersebut dapat ditanggulangi dengan mengimplementasikan kuadran berpikir. Secara spesifik sebagai berikut :
  1. hambatan mental karena asumsi yang salah, yaitu menyakini " saya tidak kreatif". Seorang yang berpikir intelegen adalah seorang pemikir yang baik. Cari fakta-fakta dengan kuadran A kemudian dengan waktu yang ada yakinlah " mengapa tidak untuk menjadi lebih kreatif", atau "orang lain bisa mengapa saya tidak".
  2. hambatan mental karena kebiasaan : (a) menyakini hanya ada satu jawaban benar padahal ada banyak kemungkinan jawaban dari pertanyaan. (b) Masalah dilihat sebagai sesuatu yang rumit dan membebani sehingga terisiolasi dalam masalah padahal setiap masalah tidak lepas dari konteksnya sehingga ada banyak kemungkinan penyelesaian sesuai konteks. (3) Ada banyak aturan yang harus ditaati dalam menyelesaikan masalah dan harus diyakini ada banyak sumber daya yang dapat kita manfaatkan. Jadi gunakan kuandran B, buat perencaan secara kreatif.
Hambatan mental karena sikap dan emosi. (a) Berpikir negatif, berprasangka, rendah diri. Pandanglah masalah sebagai sesuatu yang menarik atau berbeda, jangan takut, memang tidak baik tetapi juga tidak buruk. Bersikap positif atau netral. (b) takut berbuat salah atau takut mengambil resiko gagal. Padahal kita tidak akan maju kalau tidak mau menghadapi tantangan dan belajar untuk menyelesaikan masalah bukan dari masalah, (c) bimbing membuat keputusan karena tidak memiliki informasi yang cukup, jadi manfaatkan sebagai kesempatan menjadi kreatif dengan mencari lebih banyak informasi. Jadi positif dan perhatian, tidak mungkin menjadi sukses tanpa kesalahan. Perkuat kuadran C.
 Setting ulang dan dukung untuk berpikir kreatif dengan mengembangkan secara hati-hati kuadran D. Gunakan seluruh kapasitas otak . (1) Mulai dengan memotivasi diri dan memberi instruksi pada diri, kita dapat melakukan apa yang kita pikirkan. (2) Bersikap positif dan optimistik tetapi realistik. (3) Belajar bertanggung jawab terhadap perilaku adan tindakan yang kita lakukan. (4) seting ulang lingkungan sehingga memfasilitasi tindakan yang kreatif. Kreativitas bukan sesuatu yang terjadi begitu saja maka rencanakan untuk menjadi kreatif.
Seorang pengawas harus mengidentifikasi diri dominan berada pada kuadran mana, terus melakukan latihan sehingga potensi berkembang optimal, berlatih mengembangkan keterampilan pada kuadran lain sehingga menjadi kemampuan yangmendukung potensi utama. Pengawas hendaknya belajar meghilangkan hambatan-hambatan mental yang menghalangi berkembangnya kemampuan berpikir. Mulailah dengan meyakinkan diri bahwa saya memiliki potensi dan jangan membiasakan diri membuang energi untuk pemikiran-pemikiran menakutkan yang belum tentu terjadi atau sibuk beriri hati pada orang yang mampu melakukan tapi tidak melakukan apapun.
Sugesti positif pada diri menambahkan enegri piskologis, sebaliknya sugesti negatif menghilangkan energi psikologis. Pengawas perlu belajar mengelola diri atau mengendalikan diri. Dimulai dengan kendalikan pikiran dan perasaan pada hal yang positif sehingga tindakan yang dilakukan positif. Kendalikan konsekwensi yang akan diterima dengan mengendalikan tindakan yang dilakukan. Tetapkan tujuan hidup dan aktivitas yang jelas dengan indikator keberhasilan dan kegagalan. Buat perencanaan kehidupan secara tegas dan konsewens terhadap perencanaan yang dibuat. Beri diri hadiah jika berhasil mencapai tahapan sesuai rancangan dan berikan hukuman yang membangun bila tidak berhasil mencapai.

D.   LANGKAH BERPIKIR DIVERGEN
Starategi ini biasanya diterapkan untuk malatih kelompok tertentu, misalnya dalam suatu kelas agar kemampuan berpikir divergen siswa meningkat, demikian pula kreatifitasnya. Adapun strategi dalam melatih kemampuan divergen adalah     
1.         Membantu memahami esensi makna ganda untuk memperjelas hubungan kuantitatif,      harus memahami konsep, terutama konsep yang memiliki beberapa arti, memahami arti penting di beberapa, dapat memperluas pemikiran mereka.
Contoh:     "4 / 5 "konsep, baik volume wadah silinder adalah 4/5, tetapi juga wadah silinder 4/5, untuk     memahami arti 4/5 ganda, bisa baik volume tinggi dan perspektif yang berbeda untuk berpikir,     contoh analisis, daftar rumus yang berbeda.
2.         Memandu untuk mengidentifikasi titik masuk untuk berpikir.
Banyak yang akan menganalisa masalah, yang khususnya tidak tahu harus mulai dari mana, sehingga seseorang harus membimbing untuk mengidentifikasi titik masuk untuk berpikir.
3.         Membuka cakrawala dan melatih dalam kebiasaan
Berpikir divergen  Terkenal Guilford psikolog Amerika percaya bahwa berpikir divergen adalah tetap berpegang pada satu pola untuk pergi ke analisis, penelitian masalah, untuk menemukan cara terbaik untuk memecahkan masalah. Seseorang dalam mengajar dan melatih, dari usia karakteristik orang lain dan penerimaan kemampuan, dari konsep pengajaran matematika, bahasa, masalah, kondisi masalah, metode, dan aspek lain dari plot yang lengkap ekspansi dan divergensi, sejauh mungkin dari multi-sudut, multi - aspek untuk mengeksplorasi dalam rangka untuk mengembangkan pemecahan masalah ide, belajar analisis,penelitian masalah, untuk memilih orang yang akrab dengan bahan-bahan khas, hati-hati membimbing orang lain melalui persepsi fisik, observasi, dan digunakan untuk mendengarkan, mendengar dan mencoba seperti cara yang efektif untuk masuk perasaan seseorang, dan dengan demikian akan terinspirasi dan berpikir rasional, sehingga kegiatan berpikir lebih dalam dan lebih luas.
4.         Penciptaan pemikiran situasional, untuk merangsang minat belajar, mengembangkan kemampuan berpikir divergen  
Seperti kata pepatah: "Hak adalah guru terbaik" dan merangsang minat orang lain  dalam belajar dan mengajar merupakan sarana penting untuk mempromosikan berpikir divergen.
5.         Melalui eksperimen, untuk meningkatkan kemampuan berpikir divergen
Seseorang harus memperhatikan dalam proses pengajaran dengan transportasi dalam bentuk, model, gambar, dll, untuk membimbing orang lain dalam operasi orang, dapat membuat bentuk geometris dengan link fisik, pemahaman transisi dari persepsi dengan rasional, dan secara bertahap membentuk kemampuan yang kuat untuk berpikir.
6.         Bahasa sebagai sarana berpikir
Manusia untuk dapat melakukan kegiatan berpikir divergen dengan baik diperlukan sarana berupa bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikirannya tersebut kepada orang lain. Dengan menguasai bahasa maka seseorang akan menguasai pengetahuan. Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuan berbahasanya. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak, seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa dapat digunakan sebagai materi berpikir secara nalar dan kreatif. Dengan demikian, pembelajaran bahasa dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan kemampuan berpikir secara nalar dan kreatif.  

0 komentar:

Posting Komentar

 

Fatamorgana ^_^ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea