Sabtu, 14 Juli 2012

PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

Diposting oleh Sabrina di 00.09

ž  BEBERAPA PENGARUH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS INTELEKTUAL
Tahapan perkembangan intelektual (perkembangan kognitif/perkembangan mental) anak selalu mengikuti tahapan-tahapan mulai dari sensori-motor (0 – 2 tahun), praoperasional (2 – 7 tahun), operasional konkret (7 – 11 tahun), dan selanjutnya operasional formal (11 tahun ke atas). Irama perkembangan pada setiap tahap berbeda-beda dari anak yang satu dengan anak yang lain. Interval yang diacu oleh Jean Piaget hanyalah acuan umum. Menurut hasil penelitian Piaget, ada 4 faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan intelektual (mental) anak, yaitu:
1.      Kematangan (maturation).
Perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinasi motorik, dan proses perubahan fisiologis dan anatomis akan mempengaruhi perkembangan kognitif. Faktor kedewasaan atau kematangan ini berpengaruh pada perkembangan intelektual tapi belum cukup menerangkan perkembangan intelektual.
2.      Pengalaman Fisik (Physical Experience).
Pengalaman fisik terjadi karena anak berinteraksi dengan lingkungannya. Tindakan fisik ini memungkinkan anak dapat mengembangkan aktivitas dan gaya otak sehingga mampu mentransfernya dalam bentuk gagasan atau ide. Dari pengalaman fisik yang diperoleh anak dapat dikembangkan menjadi matematika logika. Dari kegiatan meraba, memegang, melihat, berkembang menjadi kegiatan berbicara, membaca dan menghitung.
3.      Pengalaman Sosial (Social Experience)
Pengalaman sosial diperoleh anak melalui interaksi sosial dalam bentuk pertukaran pendapat dengan orang lain, percakapan dengan teman, perintah yang diberikan, membaca, atau bentuk lainnya. Dengan cara berinteraksi dengan orang lain, lambat laun sifat egosentris berkurang. Ia sadar bahwa gejala dapat didekati atau dimengerti dengan berbagai cara. Melalui kegiatan diskusi anak akan dapat memperoleh pengalaman mental. Dengan pengalaman mental inilah memungkinkan otak bekerja dan mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan persoalan. Di samping itu pengalaman sosial dijadikan landasan untuk mengembangkan konsep-konsep mental seperti kerendahan hati, kejujuran, etika, moral, dan sebagainya.
4.      Keseimbangan (Equilibration).
Keseimbangan merupakan suatu proses untuk mencapai tingkat fungsi kognitif yang semakin tinggi. Keseimbangan dapat dicapai melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi menyangkut pemasukan informasi dari luar (lingkungan) dan menggabungkannya dalam bagan konsep yang sudah ada padaotak anak. Akomodasi menyangkut modifikasi bagan konsep untuk menerima bahan dan informasi baru

ž  PENGALAMAN YANG MEMBERIKAN KONTRIBUSI  PADA PERKEMBANGAN INTELIGENSI
Kemampuan kognitif saja, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek lain seperti aspek perkembangan emosi dan sosial. Terkadang tujuan pembelajaran tidak tercapai bukan karena ketidakmampuan berpikir anak namun karena ia mengalami masalah dalam aspek perkembangan emosi dan sosial yang mengakibatkan terhambatnya proses pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan perkembangan aspek emosi dalam proses pembelajaran anak di sekolah agar tercapai tujuan pendidikan yang optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak.
Proses Pembelajaran Anak di Sekolah
Sekolah merupakan lembaga sosial yang mencerminkan kultur di mana sekolah itu merupakan bagian dari kultur bersangkutan, dan yang menyampaikan etos serta pandangan dunia kepada kaum muda di samping keterampilan khusus serta pengetahuan (Minuchin & Shapiro dalam  Mussen, 1994). Tujuan utamanya adalah mengajarkan keterampilan kognitif, tetapi sekolah melakukan lebih dari itu. Sekolah merupakan sistem sosial kecil tempat anak memaknai aturan moral, aturan sosial, pembentukan sikap dengan pengaturan emosi yang matang, dan cara bergaul dengan orang lain.
Di dalam pelaksanaan program sekolah, hal yang tidak terlepas adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses transformasi informasi, yaitu usaha untuk memahami atau menguasai pengetahuan maupun suatu keterampilan. Dilengkapi pendapat Parkay & Stanford dalam Rustiana (1997) bahwa dalam proses pembelajaran tidak hanya unsur kognitif saja yang berperan, namun riset-riset dalam bidang neurofisiologis, neuropsikologis, serta faktor kultural membuktikan banyaknya faktor yang berperan dalam hal tersebut.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran dilibatkan dua unsur utama yaitu pengajar (guru) dan pelajar (siswa). Dengan demikian perlu dipahami bahwa efektivitas proses pembelajaran harus memperhitungkan segala hal yang menyangkut kedua unsur tersebut. Berangkat dari konsep bahwa setiap manusia bersifat unik, maka proses pembelajaran sedapat mungkin memperhatikan perbedaan antar individu (individual differences). Hal ini minimal dapat dikenakan pada anak yang memperlihatkan perbedaan mencolok dibandingkan teman-temannya. Dengan demikian anak yang memperlihatkan kelebihan ataupun kekurangan tertentu dapat memperoleh perhatian yang proporsional. Seorang anak dapat memilih teknik atau media apa saja dalam mentransformasikan materi pengajaran untuk menunjang pengembangan pribadinya secara komprehensif.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Fatamorgana ^_^ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea