2.1 PENYAKIT
Paramyxoviridae adalah
jenis virus RNA, yang merupakan penyebab berbagai penyakit diantaranya campak,
parainfluenza, dan virus RSV.
A. CAMPAK
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah
suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk,
konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit.
Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah
penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari
sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah
campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan
anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia
akan kebal terhadap penyakit ini.
Campak adalah infeksi masa kanak-kanak, penyebab campak adalah
virus. Setelah cukup umum, sekarang campak dapat dicegah dengan vaksin. Tanda
dan gejala campak antara lain batuk, pilek, radang mata, sakit
tenggorokan, demam dan ruam, juga kulit menjadi merah bernoda kotor. Campak
bisa serius dan bahkan fatal bagi anak-anak kecil. Sementara tingkat kematian
telah menurun di seluruh dunia sebagai anak-anak lebih menerima vaksin campak, penyakit ini masih membunuh beberapa ratus ribu orang
setahun, sebagian besar di bawah usia 5 tahun.
Campak adalah penyakit virus yang sangat menular. Virus campak yang terkandung dalam jutaan tetesan kecil yang keluar
dari hidung dan mulut ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Seseorang
yang rentan terhadap penyakit campak dapat menangkap virus dengan
bernapas dalam tetesan atau jika tetesan telah diselesaikan pada permukaan,
dengan menyentuh permukaan dan kemudian meletakkan tangan di dekat hidung atau
mulut
1. PENYEBAB
Campak, rubeola, atau measles adalah penyakit infeksi
yang menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kisaran 4 hari pertama sejak munculnya ruam.
Campak disebabkan oleh paramiksovirus (virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah
dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease).
Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi,
infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah
kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak
adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan
imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
Virus campak
2. PATOGENESIS
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berbiak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan
kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang
pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul
viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses
keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru.
Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak.
Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek,
mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin
lama makin tinggi.
Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak
awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul
ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf
pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada
turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap,
berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena
pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
3. GEJALA
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah
terinfeksi, yaitu berupa:
o
Panas badan
o
nyeri tenggorokan
o
hidung meler ( Coryza )
o
batuk ( Cough )
o
Bercak Koplik
o
nyeri otot
o
mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut
bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal
muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula
(ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol).
Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di
leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh,
lengan dan kaki, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit,
ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu
tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera
menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan
merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada
muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam
keluar
§
Coryza yang terjadi sukar
dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik dengan cepat pada saat pans
menurun.
§
Conjunctivitis ditandai dengan mata
merah pada conjunctiva disertai dengan keradangan disertai dengan keluhan
fotofobia.
§
Cough merupakan akibat
keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak pada saat erupsi dan
menghilang setelah beberapa minggu.
·
Munculnya Koplik’s spot umumnya pada sekitar 2 hari sebelum
munculnya ruam (hari ke 3-4) dan cepat menghilang setelah beberapa
jam atau hari. Koplik’s spot adalah sekumpulan noktah putih pada
daerah epitel bucal yang merah (a grain of salt in the sea of red), yang
merupakan tanda klinik yang pathognomonik untuk campak.
§
Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada
daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah perifer
sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada
menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang ruamnya discrete
dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki tidak mengalami
desquamasi.
4. DIANGNOSIS
v
Anamnesis
Adanya demam tinggi terus menerus 38,50 C atau lebih disertai
batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia),
seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului
oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak dapat
mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah
sehingga anak mengalami sesak nafas atau dehidrasi.
v
Pemeriksaan fisik
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga
stadium :
§
Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari,
ditandai dengan demam yang diikuti dengan batuk, pilek, farings merah, nyeri
menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya enantema
mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik.
§
Stadium erupsi, ditandai dengan
timbulnya ruam makulo-papular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam
dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah,
leher, dan akhirnya ke ekstrimitas.
§
Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah 3 hari ruam
berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi
kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.
§
Sangat penting untuk menentukan status gizi penderita, untuk mewaspadai
timbulnya komplikasi. Gizi buruk merupakan risiko komplikasi berat.
v
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
§
Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi
infeksi bakteri
§
Pemeriksaan antibodi IgM anti campak
§
Pemeriksaan untuk komplikasi :
1.
Ensefalopati/ensefalitis : dilakukan pemeriksaan
cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah
2.
Enteritis : feses lengkap
3.
Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan
foto dada dan analisis gas darah.
Penyakit Campak
5. PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani
istirahat. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika
terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.
6. PENCEGAHAN
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada
anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan
dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot
paha atau lengan atas.
Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur
9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis
kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
selain itu penderita juga harus disarankan untuk
istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh
meningkat.
a. Imunisasi campak termasuk
dalam program imunisasi nasional sejak tahun 1982, angka cakupan imunisasi
menurun < 80% dalam 3 tahun terakhir sehingga masih dijumpai daerah kantong
risiko tinggi transmisi virus campak.
b. Strategi reduksi campak
terdiri dari :
1. Pengobatan pasien campak
dengan memberikan vitamin A
2. Imunisasi campak
§
PPI : diberikan pada umur 9 bulan.
§
Imunisasi campak dapat diberikan bersama vaksin MMR pada umur 12-15 bulan
§
Mass campaign, bersamaan dengan Pekan
Imunisasi nasional
§
Catch-up immunization, diberikan pada anak
sekolah dasar kelas 1-6, disertai dengan keep up dan strengthening.
3. Survailans
B. GONDONG
Penyakit Mump atau penyakit gondong telah dilaporkan
hampir di seluruh belahan dunia, demikian juga di Indonesia resiko anak terkena
gondok mungkin masih tinggi. Gondok masih endemik di banyak negara di seluruh
dunia, sedangkan vaksin MMR digunakan hanya 57% dari negara-negara yang menjadi
anggota Organisasi Kesehatan Dunia, terutama di Negara-negara maju. Dalam
Inggris dan Wales, sebuah epidemi gondok yang dimulai pada 2005, telah
dilaporkan 56.390 kasus kematian.
Penyakit Gondong atau dalam dunia kedokteran dikenal
sebagai parotitis atau Mumps adalah suatu penyakit menular dimana sesorang
terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar
parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada
leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat
timbul secara endemic atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak
yang berumur 2-14 tahun. Peningkatan kasus yang besar biasanya didahului pada
penularan di tempat sekolah. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang
testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ
lainnya
Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau
tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi
obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang
kekurangan zat Iodium dalam tubuh. Kematian karena penyakit gondong jarang
dilaporkan. Hampir sebagian besar jkasus yang fatal justru terjadi pada usia di
atas 19 tahun.
1. PENYEBAB
Penyakit ini disebabkan oleh virus Mumps yaitu virus
berjenis RNA virus yang merupakan anggota famii Paramyxoviridae dan genus
Paramyxovirus. Terdapat dua permukaan glikoprotein yang terdiri dari
hemagglutinin-neuraminidase dan fusion protein. Virus Mumps sensitive terhadap
panas dan sinar ultraviolet.
Penyakit Gondong (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus
dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin
dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari
keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar.
Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang
berumur kurang dari 2 tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki
atau dilindungi oleh anti bodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita
penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.
Penderita penyakit gondong masih dintakan dapat menjadi
sumber penularan selama 9 hari sejak keluhan bengkak ditemukan. Sebaiknya pada
periode tersebut penderita dianjurkan tidak masuk sekolah atau melakukan
aktifitas di keramaian karena akan menjadi sumber penularan dan penyebaran
penyakit anak-anak di sekitarnya.
Penyakit
Gondong
2. GEJALA
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus
Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan
penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan
penyakit tersebut.
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24
hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah
terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :
Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami
gejala: demam (suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot,
kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya
disertai kaku rahang (sulit membuka mulut). Kadangkala disertai nyeri telinga
yang hebat pada 24 jam pertama..
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan. Sekitar 70-80% terjadi pembengkakan kelanjar pada dua sisi.
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan. Sekitar 70-80% terjadi pembengkakan kelanjar pada dua sisi.
Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3-5 hari
kemudian berangsur mengempis dan disertai dengan demam yang membaik.
Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar air liur di bawah rahang (submandibula), submaksilaris, kelenjar di bawah lidah (sublingual) dan terjadi edema dan eritematus pada orificium dari duktus. Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar air liur di bawah rahang (submandibula), submaksilaris, kelenjar di bawah lidah (sublingual) dan terjadi edema dan eritematus pada orificium dari duktus. Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
3. DIAGNOSIS
Diagnosis dtegakkan hanya secara klinis. Diagnosis
ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeirksaan
fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondong
(Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan
pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah.
v
Pemeriksaan Laboratorium
Mengingat penegakan diagnosis hanya secara klinis, maka
pemeriksaan laboratorium tidak terlalu bermanfaat. Pemeriksaan laboratorium
didapatkan leucopenia dengan limfosiotsis relative, didapatkan pula kenaikan
kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan
kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu.
Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar
dibawah telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan
sehingga meragukan diagnosa. Dokter akan memberikan anjuran pemeriksaan lebih
lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk
membuktikan spesifik mumps antibodies: Complement fixation antibodies (CF),
Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih
total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar
2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat
menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama
jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
v
Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
·
Orkitis ; peradangan pada salah satu atau kedua testis
dilaporkan terjadi pada 10-20% penerita.. Setelah sembuh, testis yang terkena
mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen sehingga
terjadi kemandulan.
Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.
·
Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau
selaput otak. Meningitis lebih sering terjadi daripada ensefalitis. Gejalanya
berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita
mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. Gejala yang dapat
terjadi adalah sakit kepala, demam, mual, muntah, dan meningismus. Ditandai
perubahan kesadaran atau gangguan kesadaran. Pleocytosis yang terjadi pada
cairan sumsum tulang. Dalam klinis didiagnosis meningoencephalitis, yaitu
gambaran cairan sumsum tulang mononuclear pleocytosis yang terjadi, gukosa
tidak normal dan hypoglycorrhachia. Virus gondok mungkin terisolasi dari cairan
sumsum tulang pada awal penyakit. Gondok meningoencephalitis membawakan
prognosa yang baik dan biasanya dikaitkan dengan pemulihan yang baik. Tetapi 1
diantara 400-6.000 penderita yang mengalami enserfalitis cenderung mengalami
kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot
wajah.
·
Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada
akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut.
Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh
total.
·
Nefritis atau Peradangan ginjal bisa menyebabkan
penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang banyak
·
Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau
beberapa sendi
ü
Transient myelitis
ü
Polineuritis
ü
Infeksi otot jantung atau miokarditis
ü
Infeksi kelenjar tiroid
ü
Thrombocytopenia purpura
ü
Mastitis atau peradangan payudara
ü
Pnemonia atau Infeksi paru-paru ini juga pernah
dilaporkan sebagai komplikasi pada penderita penyakit gondong.
ü
Gangguan sensorineural telinga dan Gangguan pendengaran
4. PENGOBATAN
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan
(simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis)
membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan
analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan
kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (bisa karena
pengaruh aspirin pada anak-anak).
Pada penderita yang mengalami pembengkakan
testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat tirah baring ditempat tidur.
Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres Es pada area testis yang
membengkak tersebut.
Penderita yang mengalami serangan virus apada
organ pancreas (pankreatitis), dimana menimbulkan gejala mual dan muntah
sebaiknya diberikan cairan melalui infus.
Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan
20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan dapat mencegah terjadinya
orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti mikroba,
sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai
penderita kembali baik dengan sendirinya.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit yg sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak.
Pemberian imunomodulator belum terdapat
laporan penelitian yang menjunjukkan efektifitasnya
5. PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi MMR(mumps, morbili, rubela) untuk
mencegah penyakit gondong merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa
kanak-kanak, diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR dapat
juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita Gondong.
Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek panas atau gejala lainnya.
Imunisasi MMR didunakan di Amerika Serikat sejak tahun
1967. Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) menganjurkan
penggunaannya untuk anak, masa remaja, remaja, dan dewasa. Pada saat itu,
masyarakat menganggap pencegahan penyakit gondok bukan merupakan priritas utama
dalam p[encegahan kesehatan masyarakat dan dinyatakan ACIP imunisasi MMR adalah
merupakan program kesehatan masyarakat yang kurang efektivitasnya. Namun, pada
tahun 1972, ACIP mengeluarkan rekomendasi yang kuat untuk menunjukkan bahwa
imunisasi MMR merupakan program yang sangat penting. Saat itu ACIP
merekomendasikan vaksinasi rutin untuk semua anak-anak berusia 12 tahun atau
lebih.
Pada tahun 1980, telahdinayakan sebagai rekomendasi kuat
untuk vaksinasi pada anak-anak, remaja dan dewasa yang rentan., Setelah itu
vaksinasi MMR semakin komprehensif dan rekomendasi pengundangan undang-undang
pada negara bagian sehingga memerlukan vaksinasi tersebut harus dianjurkan pada
saat anak masuk sekolah. Namun, selama 1986 dan 1987, wabah besar terjadi di
antara kelompok kohort underimmunized atau orang yang lahir selama 1967-1977,
sehingga terjadi perubahan puncak angka kejadian dari usia 5-9 tahun bergeser
pada usia 10-19 tahun. Dalam tahun 1989, direkomendasikan ACIP pemberian vaksin
campak dan MMR pada anak-anak berusia 4-6 tahun pada saat masuk ke taman
kanak-kanak atau kelas satu. Selama tahun 1988-1998 menurun di antara semua
kelompok umur. Pada tahun 1989-1990, wabah besar terjadi di kalangan siswa di
dasar dan sekolah menengah, sebagian besar siswa di sekolah tersebut telah
divaksinasi, menyatakan bahwa kegagalan vaksinasi. . Pada tahun 1991, wabah
lain terjadi di sebuah sekolah menengah di mana sebagian besar siswa yang telah
divaksinasi, kejadian ini juga banyak dikaitkan dengan utama kegagalan
vaksinasi.
C. PARAINFLUENZA
Parainfluenza mengacu kepada sekelompok virus
yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan. Ada empat jenis virus
parainfluenza, yang semuanya dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas
atau infeksi saluran pernafasan bawah (pneumonia) pada orang dewasa dan
anak-anak. Virus tersebut menyebabkan bronkitis dan pneumonia. Namun terkadang
virus hanya menyebabkan hidung meler dan gejala lain yang mungkin didiagnosis
sebagai dingin sederhana daripada parainfluenza.
Virus Parainfluenza
1. GEJALA
Tergantung pada jenis infeksi. Hidung meler dan batuk
ringan sering terjadi. Gejala yang mengancam hidup dapat terjadi pada
bayi mengalami bronchiolitis.
Secara umum, gejala termasuk:
·
Nyeri dada
·
Batuk
·
Pilek
·
Sesak napas
·
Sakit tenggorokan
Seperti umumnya infeksi oleh virus Parainfluenza menyebabkan batuk dan
pilek (rhinitis dan bronchitis).
Gejala penyakit akan menjadi parah bila ada infeksi bakteri yang nimbrung.
Tentu saja, bila ada gejala-gejala lain yang tidak dimengerti dan
amat mengkhawatirkan, tindakan terbaik adalah membawa anjing anda ke dokter
hewan sesegera mungkin karena beberapa penyakit mengakibatkan akibat fatal bila
terlambat ditangani.
Penyakit Parainfluenza
D. NEW CASTLE
Newcastle Disease yang di Indonesia lebih dikenal dengan Tetelo merupakan
penyakit lama yang tetap aktual untuk dikaji ulang, karena penyakit ini sangat
berbahaya dan sewaktu-waktu dapat menyerang ternak unggas.
ND merupakan masalah besar dan momok bagi dunia peternakan, karena penyakit
ini dapat menimbulkan angka kematian yang sangat tinggi (mencapai 100%) dan
waktu penyebarannya yang sangat cepat, baik pada ayam ras, ayam buras maupun
jenis unggas lainnya. Menurut para ahli, penyakit ini dapat menular pada
manusia dengan gejala klinis conjunctivitis (radang konjunctiva mata) walaupun
kasusnya sangat jarang dijumpai. Sedangkan pada unggas dan burung liar lainnya
dengan gejala klinis berupa gejala syaraf, gejala pernafasan dan gejala
pencernaan.
1. PENYEBAB
Penyakit ND disebabkanoleh virus dari famili Paramyxoviridae dengan genus
Pneumovirus atau Paramyxovirus, dimana virus ini dapat menghemaglutinasi darah.
Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Doyle pada tahun 1926 didaerah
Newcastle Inggris dan pada tahun yang sama Kraneveld menemukan virus penyakit
ini di Bogor. Kejadian penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, dimana
menyerang seluruh jenis unggas termasuk burung liar. Virus penyakit ini dapat
ditemukan pada organ-organ seperti alat pernafasan, syaraf dan pencernaan.
Virus Newcastle
2. PATOGENESIS
Penyebaran penyakit ini biasanya melalui kontak langsung dengan ayam yang
sakit dan kotorannya, melalui ransum, air minum, kandang, tempat ransum/minum,
peralatan lainnya yang tercemar oleh kuman penyakit, melalui pengunjung,
serangga, burung liar dan angin/udara (dapat mencapai radius 5 km). Virus ND
ditemukan dalam jumlah tinggi selama masa inkubasi sampai masa kesembuhan.
Virus ini terdapat pada udara yang keluar dari pernafasan ayam, kotoran,
telur-telur yang diproduksi selama gejala klinis dan dalam karkas selama
infeksi akut sampai kematian.
3. GEJALA
Gejala penyakit ini dapat diamati melalui gejala pernafasan seperti
bersin-bersin, batuk, sukar bernafas, megap-megap dan ngorok; gejala syaraf
berupa sayap terkulai, kaki lumpuh (jalan terseret), jalan mundur (sempoyongan)
serta kepala dan leher terpuntir (torticoles) yang merupakan gejala khas
penyakit ini. Kemudian gejala pencernaan meliputi diare berwarna hijau,
jaringan sekitar mata dan leher bengkak, pada ayam petelur produksinya
berhenti, kalau sudah sembuh kualitas telurnya jelek, warna abnormal, bentuk
dan permukaannya abnormal dan putih telurnya encer. Hal ini disebabkan oleh
karena organ reproduksinya tidak dapat normal kembali. Umumnya kematian anak
ayam dan ayam muda lebih tinggi dibandingkan ayam tua.
4. PENCEGAHAN
Berhubung penyakit ND disebabkan oleh virus maka sampai saat ini belum ada
satu jenis obat yang efektif dapat menyembuhkan penyakit ini. Penanggulangan
penyakit ND hanya dapat dilakukan dengan dengan tindakan pencegahan (preventif)
melalui program vaksinasi yang baik. Ada dua jenis vaksin yang dapat diberikan
yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif berupa vaksin hidup yang
telah dilemahkan, diantaranya yang banyak digunakan adalah strain Lentogenic
terutama vaksin Hitchner B-1 dan Lasota. Vaksin aktif ini dapat menimbulkan
kekebalan dalam kurun waktu yang lama sehingga penggunaan vaksin aktif lebih
dianjurkan dibanding vaksin inaktif.
Program vaksinasi harus dilakukan dengan seksama dan diperhatikan masa
kekebalan yang ditimbulkan. Vaksinasi pertama sebaiknya diberikan pada hari
ke-empat umur ayam. Vaksinasi lanjutan pada umur empat minggu, dan selanjutnya
tiap empat bulan sesuai kebutuhan.
Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan
o cara semprot,
o tetes (mata, hidung, mulut),
o campur air minum
o suntikan.
(Dosis dan cara pemakaian masing2 silakan dilihat pada leaflet yg ada dalam
vaksin).
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan vaksinasi
diantaranya :
o Vaksinasi hanya dilakukan pada ternak yang benar-benar sehat
o Vaksin segera diberikan setelah dilarutkan
o Hindari vaksin dari sinar matahari langsung
o Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan stress berat pada terna
o
Cuci tangan dengan detergen sebelum dan
sesudah melakukan vaksinasi
E. SARS
Sindrom Pernapasan Akut Berat (bahasa
Inggris: Severe Acute
Respiratory Syndrome, SARS) adalah sebuah jenis penyakit pneumonia. SARS pertama kali muncul pada November 2002 di Provinsi Guangdong, Tiongkok. SARS sekarang dipercayai disebabkan oleh virus SARS. Sekitar 10% dari penderita SARS meninggal dunia.
Setelah Tiongkok membungkam berita wabah SARS baik internal maupun internasional, SARS menyebar
sangat cepat, mencapai negeri tetangga Hong
Kong dan Vietnam pada akhir Februari 2003, kemudian ke negara lain dengan perantaraan wisatawan
internasional. Kasus terakhir dari epidemi ini terjadi pada Juni 2003. Dalam wabah itu, 8.069 kasus
muncul yang menewaskan 775 orang.
SARS (Severe Acute Respiratoty Syndrome)
adalah suatu jenis penyakit pernapasan akibat virus yang pertama kali terjadi
di beberapa negara Asia. Penyakit ini kemudian menyebar ke Amerika dan Eropa.
Virusnya bernama SARS-CoV (SARS Coronavirus) yang menyerang saluran pernapasan
bagian atas. Para ahli percaya, SARS pertama kali berkembang di dalam tubuh
binatang. Hal ini berdasarkan temuan mereka akan virus yang sama di dalam tubuh
musang. Musang ini di Cina dikonsumsi sebagai makanan saat keadaan terdesak.
Virus sars
1. GEJALA
Mula-mula gejalanya mirip seperti flu dan bisa mencakup: demam, myalgia, lethargy, gejala
gastrointestinal, batuk, radang
tenggorokan dan gejala non-spesifik
lainnya. Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah demam di
atas 38 °C (100.4 °F). Sesak napas bisa terjadi kemudian.
Gejala tersebut biasanya muncul 2–10 hari setelah
terekspos, tetapi sampai 13 hari juga pernah dilaporkan terjadi. Pada
kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara 2–3 hari. Sekitar 10–20% kasus
membutuhkan ventilasi
mekanis.
Awalnya tanda jasmani tidak begitu kelihatan
dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan jelas.
Para ilmuwan kian meyakini bahwa virus dari
keluarga corona adalah penyebab SARS. Ilmuwan dari Hong Kong mengaku bahwa mereka
telah berhasil menunjukkan dengan tepat virus corona itu setelah
mengidentifikasi bagian kecil dari sampel DNA pasien yang terinfeksi SARS.
Hasil riset ilmuwan Hong Kong ini didukung hasil riset Institut Pasteur di
Perancis dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Atlanta, AS. Dr Mark
Salter dari WHO menyatakan, virus itu biasanya menyerang binatang, umumnya babi
( Virus ini pertama kali ditemukan oleh Twnell dari USA pada tahun 1965 dan
berhasil melakukan kultur yang ditemukan pada manusia dengan gejala Commond
Cold dan penyakit Infeksi saluran pernapasan bagian atas, biasanya virus ini
muncul pada musim dingin dan awal musim semi, jika virus ini berasal dari Babi,
maka pada manusia akan menyebabkan kelainan Gastro Enteritis, jika berasal dari
ayam , pada manusia akan menyebabkan bronchitis dan jika berasal dari tikus,
pada manusia akan menyebabkan Hepatitis, virus ini juga dapat ditemukan pada
penderita HIV/AIDS yang menderita Diare), yang dengan berbagai cara akhirnya
menyebar ke manusia. Saat ini ilmuwan telah melampaui tahapan penemuan virus
itu sehingga mereka dapat konsentrasi untuk menemukan cara mendiagnosa,
mengobati dan mencegah wabah itu sehingga dokter bisa mengkonfirmasikan pada
pasien yang yang terinfeksi virus mematikan itu. Hingga kini belum ada obat
antivirus yang berhasil mengobati SARS atau vaksin untuk mencegahnya.
2. PATOGENESIS DAN EPIDEMIOLOGI
Cara penularan penyakit melalui kontak langsung dengan
penderita SARS baik karena berbicara, terkena percikan batuk atau bersin
(“Droplet Infection”). Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara,
ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan tidak
terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita SARS. Masa
penularan dari orang ke orang belum teridentifikasi dengan jelas. Untuk
sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda
gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh. Periode aman dari
kemungkinan terjadinya penularan pada unit pelayanan atau pada kelompok
masyarakat yang terjangkit KLB SARS adalah setelah lebih dari 14 hari sejak
kasus terakhir dinyatakan sembuh.
Penyebaran
Penyakit SARS diketahui melalui kontak
langsung dengan penderita. Ludah, dahak dan cairan yang dikeluarkan saat
bersin, batuk dan aliran nafas merupakan media penularan. Para peneliti
menemukan bahwa penyebabnya adalah sejenis virus yang termasuk dalam kelompok
virus corona penyebab influensa biasa. WHO menyatakan bahwa kontak erat dengan
penderita SARS/CVP diperlukan agar virus dapat menular ke orang lain. Kontak
dengan percikan cairan tubuh pasien yang keluar pada waktu batuk dan bersin
adalah penting. Sebagian besar pasien saat ini adalah petugas kesehatan dan
keluarga dekat pasien yang merawat penderita SARS/CVP. Sejak diketahui pertama
kali di Guangdong akhir November 2002, dalam dua bulan SARS menyebar ke
berbagai kota di China bahkan sampai ke negara-negara yang jauh dari
daratan China, seperti Canada dan Singapura Dilaporkan seorang pedagang
China dari Hongkong masuk. Rumah Sakit Vietnam-France Hospital yang kemudian
ternyata menderita SARS dan menjadi pemicu berjangkitnya penyakit ini di
Vietnam.
Dia terinfeksi oleh seorang dokter dari Guangdong yang
menginap bersama satu lantai di Metropole Hotel Hanoi. Dia dan petugas RS
tersebut kemudian diteliti oleh DR.Carlo Urbani yang juga terinfeksi dan
meninggal karena SARS; selanjutnya Vietnam-France Hospital ditutup sementara
untuk investigasi. Mulanya SARS dilaporkan diderita oleh seorang lelaki yang
suka makan dan berburu binatang liar di Guangdong . Penelitian selanjutnya
melakukan uji darah terhadap 25 binatang sampel yang ternyata tidak menemukan
virus corona. Selanjutnya Kwak Yung Yuen dkk. dari University of Hongkong dapat
mengisolasi virus corona dari kotoran hewan dan cairan hidung binatang Paguma
larvata sejenis musang Himalaya yang banyak dijual dan dimakan di
restoran-restoran di Guangdong. Diperkirakan binatang ini tertular virus
influenza dari manusia, mengalami mutasi, kemudian menjadi virulen dan
menginfeksi manusia yang memakannya. Penyebarannya secara global terjadi
melalui seorang Profesor medik China dari Guangdong yang terinfeksi, menempati
Kamar no.911 di Hongkong Hotel, kemudian menularkannya secara tidak sengaja
pada 7 orang tamu yang menginap di lantai yang sama. Tingkat penyebarannya
sangat cepat melalui orang perorang, diperkirakan virus ini mempunyai kemampuan
luar biasa yang dapat menulari sekaligus 300 orang lainnya.
3. DIAGNOSA
Sebuah kasus SARS yang mencurigakan adalah seorang
pasien yang mengalami:
1. salah satu dari gejala-gejala termasuk demam dengan suhu 38 °C atau
lebih DAN
2. pernah mengalami
ü kontak dengan seseorang yang didiagnosis mengidap SARS pada kurun waktu 10
hari terakhir ATAU
ü mengunjungi salah satu dari daerah yang teridentifikasi oleh WHO sebagai
area dengan transmisi lokal SARS (daerah itu pada 10 Mei 2003 [5] adalah sebagian kawasan Tiongkok, Hong Kong, Singapura dan provinsi
Ontario, Kanada).
Sebuah kasus kemungkinan SARS mempunyai
gejala-gejala di atas berikut hasil sinar-X pada dada yang positif menderita atypical pneumonia
atau sindrom
pernapasan panik.
Dengan kemajuan tes diagnosis coronavirus yang
menyebabkan SARS, WHO telah menambah kategori "SARS menurut hasil
laboratorium" untuk pasien yang sebenarnya masuk kategori
"kemungkinan" namun belum/tidak mengalami perubahan pada sinar x di
dada tetapi hasil diagnosis laboratorium positif menderita SARS menurut salah
satu dari tes yang diperbolehkan (ELISA, immunofluorescence atau PCR).
4. PENGOBATAN
Antibiotik masih belum efektif. Pengobatan SARS hingga kini masih
bergantung pada anti-pyretic, supplemen oksigen dan bantuan ventilasi.
Kasus SARS yang mencurigakan harus diisolasi, lebih
baiknya di ruangan tekanan
negatif, dengan kostum pengaman
lengkap untuk segala kontak apapun dengan pasien.
Awalnya ada dukungan anekdotal untuk penggunaan steroid dan antiviral
drug ribavirin, namun tidak
ada bukti yang mendukung terapi ini. Sekarang banyak juru klinik yang mencurigai
ribavirin tidak baik bagi kesehatan.
Ilmuwan kini sedang mencoba segala obat antiviral untuk
penyakit lain seperti AIDS, hepatitis, influenza dan lainnya pada coronavirus.
Ada keuntungan dari penggunaan steroid dan immune
system modulating agent lainnya pada pengobatan pasien SARS yang parah
karena beberapa bukti menunjukkan sebagian dari kerusakan serius yang
disebabkan SARS disebabkan oleh reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan
tubuh terhadap virus. Penelitian masih berlanjut pada area ini.
Pada Desember 2004, laporan menyebutkan para peneliti
Tiongkok telah menemukan sebuah vaksin SARS yang telah diujicoba pada 36 sukarelawan, 24
diantaranya menghasilkan antibodi virus SARS
5. PENCEGAHAN
WHO membangun jaringan bagi para doktor dan ilmuwan yang
terlibat dengan SARS berupa situs aman untuk mempelajari sinar-X dada dan
telekonferensi.
Berbagai langkah diterapkan untuk mengontrol infeksi SARS
melalui cara karantina. Lebih dari 1.200 orang dikarantina di Hong Kong, 977 di
Singapura dan 1.147 di Taiwan. Kanada juga mengarantinakan ribuan orang. Di
Singapura, hampir seluruh sekolah diliburkan selama 10 hari dan di Hong Kong
ditutup hingga 21 April untuk menahan penyebaran SARS.
Pengobatan para penderita SARS biasanya dilakukan dengan
perawatan intensif di rumah sakit, terutama jika terjadi sesak napas. Penderita
akan ditempatkan di ruang isolasi agar tidak menyebarkan virus ke mana-mana.
Obat yang dipakai biasanya adalah obat yang mengandung kortikosoid dan
antivirus ribavirin. Walaupun demikian, obat ini belum 100% efektif mengobati
SARS. Dan sampai saat ini belum ada satu pun obat yang efektif dalam mengobati
SARS.
Pencegahannya adalah sebagai berikut:
·
Menghindari bepergian atau naik kendaraan umum namun jika terpaksa maka sebaiknya tidak menutup jendela atau pintu
·
Menghindari tempat-tempat umum dan ramai khususnya di daerah dekat rumah sakit,
internet cafe, tempat-tempat nongkrong, bioskop, dan perpustakaan, jika kamu
melakukannya maka pakailah masker dan cucilah tangan anda secara bersih dan
teratur.
·
Menghindari mengunjungi pasien dan periksa ke dokter di rumah sakit khususnya yang ada
pasien SARSnya.
·
Mengajari anak-anak untuk cuci
tangan dengan sabun dan tidak menyentuh mulut, hidung,
dan mata dengan tangan telanjang
·
Menjaga keseimbangan gizi diet
dan hendaknya berolahraga secara teratur untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita
·
Anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya melemah harus memakai masker
sepanjang waktu untuk menhindari menyebarnya cairan tubuh seperti ludah/air
liur
·
Memeriksa suhu badan secara teratur dan tetaplah hati-hati dengan kondisi kesehatan
0 komentar:
Posting Komentar